Advertisement

Kejahatan Digital Makin Marak, Edukasi ke Kelompok Rentan Diintensifkan

Media Digital
Rabu, 25 Juni 2025 - 20:52 WIB
Maya Herawati
Kejahatan Digital Makin Marak, Edukasi ke Kelompok Rentan Diintensifkan Masyararakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) melalui program Tular Nalar melakukan serangkaian kegiatan untuk mengedukasi public yang rentan kena judol, penipuan online, child grooming, love scam, hoaks, konflik akibat polarisasi, dan penggunaan teknologi informasi secara tidak etis. / ist

Advertisement

SLEMAN–Edukasi dan kampanye soal Internet aman perlu diintensifkan kepada kelompok rentan yang sering menjadi korban.

Hingga Mei 2025, lebih dari 128 ribu laporan penipuan digital telah diterima oleh Indonesia Anti Scam Center (IASC). Kerugian yang tercatat menyentuh angka Rp2,6 triliun.

Advertisement

Lansia menjadi salah satu kelompok paling terdampak karena masih dominannya penggunaan WhatsApp dan Facebook dalam kehidupan sosial mereka.

Tidak melulu berbentuk tautan berbahaya, bentuk kejahatan yang banyak menelan korban dari kelompok rentan ini diantaranya adalah penipuan bermodus asmara alias love-scam. Teknologi kecerdasan buatan atau AI memudahkan para pelaku untuk melancarkan aksinya tersebut. 

Di sisi lain, merujuk data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di bulan Mei 2025, sekitar 197 ribu anak usia 10–19 tahun terlibat dalam aktivitas perjudian daring (judol). Nilai transaksi deposit yang tercatat pada triwulan pertama tahun ini saja telah mencapai lebih dari Rp 50 miliar.

Dikemas seperti permainan dan seringnya muncul iklan judol di gawai membuat anak lebih mudah terjerat. Tak kalah mengkhawatirkan, meningkatnya kasus child grooming.

Anak-anak didekati dan dimanipulasi oleh predator online melalui media sosial dan game, berujung penculikan, kejahatan seksual, bahkan perdagangan manusia.

Fakta-fakta ini menyuarakan urgensi pemahaman literasi digital, termasuk keamanan digital, tidak hanya menyasar ke anak muda, tetapi juga ke kelompok usia lain, termasuk lansia.

Tidak sebatas mengenali dan menggunakan fitur aplikasi, tapi juga dibekali dengan pemikiran kritis agar teknologi digital dapat dipahami manfaat dan risikonya.

Masyararakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) melalui program Tular Nalar melakukan serangkaian kegiatan untuk mengedukasi public yang rentan kena judol, penipuan online, child grooming, love scam, hoaks, konflik akibat polarisasi, dan penggunaan teknologi informasi secara tidak etis.

BACA JUGA: Rencana Pembangunan TPST Moyudan Sleman Berpotensi Batal

Kelompok rentan itu adalah anak muda, kaum Perempuan (ibu-ibu), kawan tuli, kelompok minoritas (transpuan hingga penghayat kepercayaan), buruh migran, dan sebagainya.

Puncak dari program Tular Nalar adalah Tular Nalar Summit 2025. Forum ini akan digelar pada Kamis, 26 Juni 2025 di Auditorium MMTC Yogyakarta.

Mengusung tema Merayakan Semesta Kolaborasi, menjadi ruang temu para penggerak literasi digital dari seluruh Indonesia, serta penanda resmi berakhirnya fase ketiga program Tular Nalar yang dimulai sejak 2023.

Program Tular Nalar lahir pada Juli 2020, di tengah puncak pandemi Covid-19, sebagai respons terhadap maraknya hoaks dan disinformasi di ruang digital. Program ini merupakan kolaborasi antara Ma’arif Institute, Love Frankie dan Mafindo yang didukung Google.org., Fase pertama, Tular Nalar 1.0, menjadi awal kolaborasi dengan Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit mengakses internet melalui siaran literasi digital berbasis radio komunitas.

Fase awal ini juga menghadirkan pelatihan berpikir kritis di ruang digital bagi guru, dosen, dan mahasiswa yang terdampak pembelajaran daring. 

Fase kedua yaitu Tular Nalar 2.0, dimulai pada 2022 dengan peluncuran dua program utama: Sekolah Kebangsaan (SK) dan Akademi Digital Lansia (ADL). Program ini memfokuskan edukasi kepada pemilih pemula dan lansia, serta memperluas dampak literasi digital melalui pendekatan intergenerasional.

Karena tingginya antusiasme dan relevansi program, inisiatif ini diperpanjang menjadi Tular Nalar 2 Extended pada 2022 hingga 2023, untuk memperluas jangkauan pelaksanaan SK dan ADL.

Memasuki fase 3.0 pada tahun 2023, Tular Nalar  mendapat dukungan dari Google.org melalui Mafindo. Dana ini digunakan untuk memperkuat jejaring dan memperluas jangkauan ke lebih dari 300 mitra di 36 provinsi, serta menjangkau langsung 40.000 pemilih pemula dan 10.000 lansia.

Program ini mendorong lahirnya berbagai inisiatif kreatif, seperti penerbitan buku bunga rampai kisah penerima manfaat, bioskop keliling Tular Nalar, dan peluncuran balon udara literasi digital pertama di Indonesia.

Tular Nalar Summit 2025 akan menghadirkan berbagai agenda utama, seperti Konferensi Internasional (hybrid), Focus Group Discussion, kelas literasi digital inklusif Ayo Bareng, Community Exhibition, hingga hiburan edukatif. Dalam pembukaan konferensi, dua menteri kabinet akan hadir sebagai pembicara kunci, yaitu Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital, serta Professor Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Keduanya dijadwalkan menyampaikan pandangan strategis mengenai pentingnya sinergi multipihak dalam membangun ketahanan digital nasional.

Selain itu para pakar dan praktisi dari dalam dan luar negeri juga akan hadir. Diantaranya, Angela Romano (Queensland University of Technology), Hanna Vanya (Think Policy), dan Koree Monteloyola-Cañizares (Techie Senior Citizens Philippines).

Konferensi ini akan memfokuskan pembahasan pada tiga isu utama, yakni: pemberdayaan lansia dalam menghadapi risiko digital, penguatan kapasitas pemilih pemula terhadap disinformasi politik, dan pengembangan etika serta pemanfaatan AI lintas generasi.

Menurut Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar, program ini adalah gerakan yang tumbuh bersama komunitas dan kolaborasi.

 “Kami percaya, penguatan literasi digital tak cukup dari atas ke bawah. Ia harus hidup dari akar, dibentuk oleh pengalaman peserta, dan dibangun atas kolaborasi,” ujarnya. Dia menambahkan, “Summit ini adalah ruang temu semua pihak yang telah bergerak dan ingin terus bergerak bersama”.

Tular Nalar Summit 2025 menargetkan partisipasi lebih dari 700 peserta luring dan 1.000 peserta daring. Acara ini diharapkan melahirkan rekomendasi kebijakan berbasis data, modul edukasi digital inklusif, serta kampanye positif bagi ruang digital yang sehat dan inklusif. (***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Berikut Jadwal Pemulangan Jemaah Haji DIY ke Tanah Air

Jogja
| Jum'at, 27 Juni 2025, 10:37 WIB

Advertisement

alt

Malam 1 Suro 2025 di Jumat Kliwon, Sakral Penuh Ritual

Lifestyle
| Kamis, 26 Juni 2025, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement