Advertisement

Pembukuan TOT Moekti di Griya Persada, Program Kundha Kabudayan DIY Moekti Art Therapy Disambut Baik Orang Tua dan Guru

Media Digital
Jum'at, 01 Agustus 2025 - 06:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Pembukuan TOT Moekti di Griya Persada, Program Kundha Kabudayan DIY Moekti Art Therapy Disambut Baik Orang Tua dan Guru Pembukuan TOT Moekti di Griya Persada Kaliurang pada Kamis (24/7/2025) oleh Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni, Kundha Kabudayan DIY, Padmono Anggoro Prasetyo. Harian Jogja - Andreas Yudha Pramono

Advertisement

JOGJA—Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY tahun ini kembali menggelar Mobil Keliling Terapi Art Therapy (Moekti). Program ini disambut baik para orang tua maupun para guru SLB. 

Ada dua SLB di Sleman akan berkolaborasi dengan Tim Moekti yakni SLB Tunas Kasih Donoharjo dan SLB Wiyata Dharma 1. Kegiatan diawali dengan TOT 2025 yang digelar pada Kamis (24/7/2025). Kegiatan selanjutnya dilakukan dengan penerapan program Moekti di dua SLB pada Juli hingga Agustus.

Advertisement

BACA JUGA: Lindungi Anak Dari Konten Negatif, Masyarakat Bisa Melapor Langsung

Kepala Kundha Kabudayan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi, menjelaskan Moekti merupakan program tahunan Dinas Kebudayaan DIY yang berbentuk terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan media seni. Secara umum program Moekti dilakukan dalam tiga tahap yakni asesmen, training of trainer Moekti (TOT) dan terakhir tahap terapi Moekti.

"Kegiatan berkesenian telah diyakini dapat memberi kesenangan dan relaksasi. Proses kreatifnya dapat menghubungkan saraf otak yang berkenaan dengan memori, instropeksi dan kontrol diri," kata Dian, Kamis (24/7/2025).

Selain itu, Dian mengungkapkan aktivitas seni juga membantu membentuk sudut pandang positif, meningkatkan kemampuan mengatasi masalah dan kesadaran tentang diri sendiri. Karenanya aktivitas seni dinilai Tim Moekti sangat cocok digunakan sebagai kegiatan yang bersifat terapi untuk anak berkebutuhan khusus.

Pelaksanaan Moekti di SLB Tunas Kasih Donoharjo pada Rabu (30/7/2025). Harian Jogja/Catur Dwi Janati 

Di sisi lain, dalam konteks pelestarian dan pengembangan kebudayaan, dua hal tersebut menjadi hak dan kewajiban seluruh elemen masyarakat, tidak terkecuali bagi anak-anak difabel. Moekti, kata Dian, digelar untuk merangsang kemampuan dan kreativitas anak-anak difabel yang diharapkan menjadi agen perubahan dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan. 

"Kemampuan-kemampuan atau potensi yang mungkin tidak dimiliki kebanyakan orang harus terus digali dan dikembangkan serta didukung dengan lingkungan yang baik," ujar Dian. 

Demi terciptanya lingkungan yang baik, Disbud DIY mengajak para pendamping baik orang tua mupun guru untuk berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan dan potensi anak. 

Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni, Kundha Kabudayan DIY, Padmono Anggoro Prasetyo menambahkan kegiatan Moekti terdiri beberapa langkah. Langkah pertama yang dilakukan adalah asesmen yakni mengukur sejumlah parameter anak dan orang tua. 

Dari asesmen ini Tim Moekti diharapkan bisa mengetahui tingkat mentalitas anak. Pengukuran ini, kata Anggoro, penting untuk bahan atau materi dalam terapi. Setelah itu, dilaksanakan TOT yang diikuti guru dan orang tua siswa. "Kami membekali mereka, karena nanti anak itu di sekolah akan ketemu sama gurunya, di rumah akan ketemu sama orang tuanya. Jadi terapi ini kami harapkan bisa berkelanjutan di sekolah dengan guru-gurunya, kemudian di rumah dengan orang tuanya," ujarnya. 

Setelah TOT, digelar terapi di sekolah sasaran. Dengan bahan asesmen yang dilakukan di awal, terapi yang dilakukan Tim Moekti akan menyesuaikan itu. 

Disambut Baik 

Salah satu peserta TOT Moekti dari kalangan orang tua, Corry mengaku banyak manfaat yang dia dapat. "Sebenarnya orang tua juga butuh terapi, bukan hanya anak. Jadi banyak manfaatnya, bagus," ujarnya. 

Corry juga sepakat dengan tujuan TOT Moekti menyasar guru dan orang tua agar terapi bisa dilakukan secara berkelanjutan saat anak di sekolah maupun di rumah.  

Guru SLB Wiyata Dharma I, Iswarniyatun, mengaku terbantu dengan adanya program ini. Materi-materi yang diberikan dapat membantu para pendidik lebih memahami anak. "Program Moekti sangat berguna bagi kami sebagai pendidik. Kami bisa memahami anak berkebutuhan khusus dengan detail," ungkapnya. 

Sebagai guru dan pengasuh anak di panti berkebutuhan khusus, Iswarniyatun bisa makin mengenali anak secara fisik maupun psikologi berbekal materi yang diberikan. 

Wakasek Kesiswaan SLB Tunas Kasih Donoharjo, Tri Oentari, mengatakan saat terapi Moekti anak-anak bebas mengekspresikan imajinasi dalam media gambar. Oentari menyebutkan anak-anak menjadi bahagia dan bisa melakukan sesuatu dengan senang tanpa paksaan. 

Oentari berharap program ini bisa terus berlanjut. (Advertorial)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

Belum Ada Warga Kulonprogo Ganti Kolom Agama Menjadi Kepercayaan Kepada Tuhan YME

Belum Ada Warga Kulonprogo Ganti Kolom Agama Menjadi Kepercayaan Kepada Tuhan YME

Kulonprogo
| Sabtu, 02 Agustus 2025, 11:27 WIB

Advertisement

Survei: 46 Persen Penduduk Indonesia Minum Kopi Setiap Hari

Survei: 46 Persen Penduduk Indonesia Minum Kopi Setiap Hari

Lifestyle
| Sabtu, 02 Agustus 2025, 12:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement