Advertisement

ATSANTI Foundation Buka Festival Bhumi Atsanti 2025

Media Digital
Sabtu, 02 Agustus 2025 - 07:12 WIB
Maya Herawati
ATSANTI Foundation Buka Festival Bhumi Atsanti 2025 Yayasan Atma Nusvantara Jati (ATSANTI Foundation) resmi membuka pagelaran Festival Bhumi Atsanti yang sudah berlangsung untuk keempat kalinya pada tanggal 1 Agustus 2025. / ist

Advertisement

JOGJA—Yayasan Atma Nusvantara Jati (ATSANTI Foundation) resmi membuka pagelaran Festival Bhumi Atsanti yang sudah berlangsung untuk keempat kalinya pada tanggal 1 Agustus 2025.

Festival ini diselenggarakan di Bhumi Atsanti, Borobudur, dan telah menjadi agenda tahunan yang berhasil menarik perhatian publik sejak pertama kali dilaksanakan.

Advertisement

Pada tahun 2024, festival ini mengusung tema Hayuning Rasa yang menampilkan pertunjukan seni dari berbagai daerah seperti Borobudur, Magelang, Papua, Cirebon, Jogja, Bogor, dan Bandung. Tahun ini, Festival Bhumi Atsanti akan berlangsung pada tanggal 1 hingga 3 Agustus dan kembali menghadirkan para seniman lokal maupun nasional. Kolaborasi ini mencerminkan semangat inklusivitas dan keterbukaan terhadap keberagaman budaya serta kreativitas lintas daerah. Ketua Yayasan Atma Nusvantara Jati, M.F. Nilo Wardhani, menyampaikan harapannya bahwa festival ini mampu menjadi ruang pertemuan antar generasi, sekaligus rumah yang ramah bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang.

“Ruang ini tak hanya menawarkan sebuah pertunjukan seni, tetapi juga menjadi ajang interaksi dan pembelajaran budaya yang menginspirasi,” ujarnya.

Atsanti Foundation menghadirkan Festival Bhumi Atsanti dengan tema “Manunggaling Karsa” pada tahun ini dengan tujuan dapat merefleksikan semangat persatuan dalam kehendak dan karya. Festival ini akan menampilkan berbagai pertunjukan seni budaya dan sastra; seperti musik, tari, teater, serta pembacaan karya sastra dari seniman-seniman ternama. Tak hanya itu, hadir pula Pasar Bhumi yang menghadirkan para pelaku UMKM dari kawasan Borobudur dan sekitarnya. Ada juga Pasar Buku, sebuah konsep baru yang dibawakan oleh yayasan pada tahun ini, dengan bertujuan untuk turut meningkatkan minat baca dan literasi, khususnya literasi sastra dan budaya lainnya dan menjadi pelengkap yang kuat dari sisi edukatif, serta mempertegas peran Bhumi Atsanti sebagai ruang pembelajaran budaya yang inklusif dan mendalam.

Tak hanya berbelanja, mendengarkan, dan berbincang, festival ini dengan lengkap menyajikan berbagai macam kesenian serta bentuk-bentuk pengalaman budaya yang dipersembahkan oleh seniman lokal maupun nasional melalui pertunjukan teater, musik, orkes, hingga musikalisasi puisi yang dapat dinikmati di Bhumi Atsanti, Borobudur.

Pembukaan Festival Bhumi Atsanti IV: Manunggaling Karsa

Festival Bhumi Atsanti IV hari pertama telah secara resmi dibuka oleh Bapak Subiyanto, S.H., selaku Camat Borobudur, beserta dengan Ketua Yayasan Atma Nusvantara Jati, M.F. Nilo Wardhani, Bapak Kepala Desa Anwar Ujang Maryadi Lukman, S.E., Bapak Kapolsek Borobudur AKP Marsodik, S.H., Kapten Inf. Sigit Priyono selaku Danramil Borobudur, serta perwakilan dari Bakti Budaya Djarum Foundation. Menurut Bapak Camat Borobudur, festival kebudayaan ini penting untuk terus menemukenali keragaman budaya yang ada dan untuk merawat serta melestarikannya. Kemeriahan festival dilanjut dengan penampilan pertama oleh Kinara Kinari, sanggar menari yang telah berdiri sejak tahun 2008. Dalam rangkaian acara hari pertama Festival Bhumi Atsanti ke-4 ini, terdapat sedikitnya 15 tenant yang mencakup tenant makanan, minuman, handcraft, serta UMKM lainnya. Selain itu, ada pula Pasar Buku dengan empat penerbit buku ternama yaitu KPG, Balai Pustaka, Togamas, dan Media Basis, dengan masing-masing penerbit menitipkan kurang lebih 200 buku untuk dijual di Festival Bhumi Atsanti IV.

Project Manager Bhumi Atsanti, Luisa Gita Christozen, menegaskan bahwa meski berskala nasional, Festival Bhumi Atsanti tetap mengedepankan peran serta komunitas dan masyarakat lokal dalam pelaksanaannya. Festival ini dirancang sebagai ruang kolaboratif yang terbuka, tempat berbagai pihak dapat bertemu, berkarya, dan saling menginspirasi. Hal ini tidak hanya berlaku di kalangan penampil dan penikmat saja, susunan kepanitiaan juga dibentuk sedemikian rupa agar mampu mengkolaborasikan kemampuan individu yang beragam latar belakang mulai dari usia, profesi, hingga keahlian.

Selain itu, dari penampil, ATSANTI Foundation juga turut menghadirkan seorang musisi Sape (alat musik Dayak Kenyah) bernama Uyau Moris untuk membagikan pengalamannya dalam berkesenian. Ketika ditanya mengenai kenapa terus mengupayakan potensi alat musik Sape selain untuk melestarikan, Uyau Moris memaparkan bahwa itu juga salah satu upaya beliau menyampaikan pesan-pesan personal melalui musik healing yang tetap relevan dengan perkembangan zaman. Adapun hari ini, penampil-penampil lain yang akan memberikan pertunjukan dan berbagai pengalaman budaya lainnya berasal dari Borobudur, Magelang, Yogyakarta, Blitar, dan sekitarnya.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Festival Bhumi Atsanti 4 kali ini juga membuka kesempatan bagi khalayak untuk mengikuti lokakarya menulis yang bertema “Menulis dengan Rasa” pada hari pertama yang bekerja sama dengan Gramedia, dengan Ruhaeni Intan, seorang reporter dan content writer, sebagai pemateri.

Lokakarya menulis dengan rasa, menurut Intan, sangat penting untuk bisa menumbuhkembangkan kreativitas peserta mendeskripsikan apa yang mereka lihat, rasa, dan dengar. Menulis dengan rasa, menurutnya, bisa menjadi salah satu cara untuk memperluas eksplorasi seseorang akan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya, dan hal itu yang akan memperkaya sebuah karya. Seluruh penampilan dan pengalaman baru ini dapat disaksikan secara gratis oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa dipungut biaya. (Advetorial)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

Identitas Mayat di Pantai Krakal Gunungkidul Masih Misterius

Identitas Mayat di Pantai Krakal Gunungkidul Masih Misterius

Gunungkidul
| Rabu, 13 Agustus 2025, 14:37 WIB

Advertisement

Survei Terbaru, Jakarta Jadi Kota Termahal ke-18 di Dunia

Survei Terbaru, Jakarta Jadi Kota Termahal ke-18 di Dunia

Lifestyle
| Selasa, 12 Agustus 2025, 20:52 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement