Advertisement

RAKERNAS JKPI 2025: Funbike Sambil Belajar Budaya, Peserta Rakernas Diajak Jelajahi Sumbu Filosofi Yogyakarta

Media Digital
Kamis, 07 Agustus 2025 - 15:02 WIB
Sunartono
RAKERNAS JKPI 2025: Funbike Sambil Belajar Budaya, Peserta Rakernas Diajak Jelajahi Sumbu Filosofi Yogyakarta Rangkaian hari ketiga Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) XI 2025 di Kota Yogyakarta disemarakkan dengan Funbike bertajuk Yogowes, Kamis (7/8/2025) pagi. - istimewa.

Advertisement

YOGYAKARTA—Rangkaian hari ketiga Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) XI 2025 di Kota Yogyakarta disemarakkan dengan Funbike bertajuk Yogowes, Kamis (7/8/2025) pagi. Ratusan peserta dari berbagai daerah, termasuk kepala daerah dan perwakilan anggota JKPI, mengayuh sepeda sejauh 10 kilometer mengelilingi Kota Yogyakarta.

Kegiatan ini dimulai dari Hotel Tentrem sekitar pukul 07.00 WIB dan berakhir di Balai Kota Yogyakarta. Rute yang dilalui bukan sekadar jalur biasa. Peserta diajak menyusuri kawasan bersejarah dan simbolis yang menjadi identitas Kota Yogyakarta.

Advertisement

Funbike secara khusus melewati kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Para peserta melewati sejumlah titik penting seperti Tugu Pal Putih, Jalan Malioboro, Alun-Alun Utara, Pasar Ngasem, hingga Alun-Alun Selatan.

BACA JUGA: Sempat Mangkir, Juliyatmono Hadir di Kejagung dalam Pemeriksaan Kasus Korupsi Masjid Agung

Wali Kota Yogyakarta, Dr. (H.C.) dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), menyebutkan rute ini sengaja dipilih sebagai sarana edukasi budaya kepada para peserta dari berbagai daerah. “Funbike melewati sumbu filosofi. Kami ingin mengenalkan kepada peserta Rakernas JKPI bahwa Kota Yogyakarta memiliki sumbu filosofi yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO," ujarnya.

Menurut Hasto, banyak peserta yang awalnya belum memahami secara langsung keberadaan dan pentingnya Sumbu Filosofi tersebut. Dengan mengajak mereka bersepeda melintasi titik-titik utama sumbu itu, tamu diajak merasakan langsung atmosfer dan nilai budaya yang terkandung di kawasan ini. “Mereka banyak yang tanya mana sih sumbu filosofi. Ya sudah coba kami ajak melewati kawasan Sumbu Filosofi, ada Malioboro, Kraton, dan lainnya,” katanya.

Funbike berakhir di Balai Kota sekitar pukul 08.00 WIB. Peserta disambut dengan sarapan pagi bersama dan hiburan musik dari grup lokal Bravesboy yang menambah semarak suasana.

Selain memperkenalkan budaya, Hasto juga menyampaikan rencananya untuk menghidupkan kembali semangat bersepeda sebagai moda transportasi ramah lingkungan di Kota Yogyakarta. Ia merujuk pada program Sega Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) yang pernah digagas oleh mantan Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto.

“Saya mengapresiasi program Pak Herry Zudianto yang menginisiasi Sega Segawe. Saya baru ancang-ancang, nanti mungkin momen hari jadi Kota Yogyakarta menjadi suatu momentum,” kata Hasto.

Menurut Hasto, program tersebut tengah disiapkan dengan pendekatan bertahap, tanpa pemaksaan terhadap masyarakat maupun perangkat daerah. Salah satu strateginya adalah menata ulang Terminal Giwangan agar dapat menahan arus bus pariwisata yang masuk ke pusat kota, sekaligus memperkuat budaya bersepeda di dalam kota.

“Hubungannya dengan sepeda adalah untuk mengurangi angka bus masuk ke Kota Yogyakarta, Giwangan bisa untuk parker bus, sekalian kita menyosialisasikan sepeda,” ucapnya.

Hasto juga menjelaskan bahwa kegiatan funbike ini merupakan bagian dari upaya Pemkot Yogyakarta dalam memberikan pengalaman terbaik bagi tamu-tamu JKPI. Pelayanan yang optimal sejak penjemputan hingga pendampingan selama rakernas menjadi prioritas utama. “Mereka mengapresiasi karena kita mengkhidmat mereka dengan optimal, mulai dari dijemput, kemudian didampingi,” kata Hasto.

Ia menyebut banyak tamu merasa nyaman selama berada di Kota Yogyakarta karena pelayanan yang diberikan tidak hanya menyangkut teknis, tetapi juga menyentuh aspek emosional dan kultural. Para peserta pun menyatakan kekagumannya terhadap komitmen Kota Yogyakarta dalam menjaga nilai budaya di tengah arus pembangunan.

BACA JUGA: Gubernur Jateng Sentil Bupati Pati Sudewo Tantang Warga Demo Kenaikan PBB

“Yang selalu mereka tanyakan, bagaimana caranya Yogyakarta menjaga budaya menjadi panglima yang tidak mengabaikan ketika sedang melakukan pembangunan. Kalau di tempat lain ada yang membangun, namun ciri budayanya justru hilang,” tuturnya.

Konsistensi Yogyakarta dalam mempertahankan identitas budaya di tengah tantangan modernisasi dinilai sebagai keunggulan tersendiri. Hal ini pula yang mendorong wacana pengukuhan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Budaya Indonesia semakin kuat digaungkan. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

Populasi Ikan di Sungai Bantul Merosot, Pemkab Siapkan Kader Pengawas Perikanan

Populasi Ikan di Sungai Bantul Merosot, Pemkab Siapkan Kader Pengawas Perikanan

Bantul
| Kamis, 07 Agustus 2025, 20:37 WIB

Advertisement

David Baszucki, Sosok di Balik Game Roblox yang Mendunia

David Baszucki, Sosok di Balik Game Roblox yang Mendunia

Lifestyle
| Selasa, 05 Agustus 2025, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement