Advertisement
Museum Talk Bahas Potret Skena Kolonial Kotabaru
Museum Talk kembali digelar sebagai bagian dari rangkaian Lawatan Nusa Raya dalam Rakernas XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025, Jumat (8/8/2025). - Istimewa.
Advertisement
JOGJA—Museum Talk kembali digelar sebagai bagian dari rangkaian Lawatan Nusa Raya dalam Rakernas XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025, Jumat (8/8/2025). Bertempat di Rumah Pramoedya, Kawasan Cagar Budaya Kotabaru, acara yang dimulai pukul 10.00 WIB ini dibuka dengan alunan musik dari Nala Entertainment yang menghadirkan suasana hangat dan santai.
BACA JUGA: 3 Pedagang di Sewon Terusir Gegara Kios Dipakai Koperasi Merah Putih
Advertisement
Dengan mengusung tema “Potret Skena Zaman Kolonial Kotabaru”, sesi ini menghadirkan moderator Krisna Dwi Saputra dan narasumber Nanang Setiawan, S.S., M.A. Diskusi membahas latar sejarah Kotabaru, karakter rumah-rumah lama, serta nilai historis kawasan yang menjadi bagian penting dari narasi kota pusaka Yogyakarta.

Nanang Setiawan menjelaskan bahwa pameran kali ini merupakan kelanjutan dari ide kuratorial yang digagas oleh tim dan melibatkan mahasiswa magang. “Bisa bercerita tentang Kotabaru, saya melihat ini menjadi sesuatu yang menarik karena banyak narasi sejarah yang bisa dikemas. Pameran ini mengangkat tema Kaleidoskop Fragmen Indah Kotabaru,” ujarnya.
Krisna Dwi Saputra menambahkan, “Kotabaru ini sejarahnya kaya cerita yang memiliki banyak sejarah, dan kami berharap teman-teman bisa terus menggali literatur sejarahnya.”

Nanang Setiawan juga menguraikan bahwa Kotabaru mulai berkembang pada awal 1900-an, pada masa Sultan Hamengkubuwono VII, bersamaan dengan kedatangan masyarakat Eropa di sekitar Benteng Vredeburg. “Sejak saat itulah muncul aturan tentang industri gula dan perkebunan. Bahkan, saat itu masih banyak pabrik yang berdiri,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menyampaikan bahwa Museum Talk menjadi sarana penting untuk menghadirkan kembali narasi sejarah ke ruang publik secara kontekstual. “Kotabaru bukan hanya kawasan heritage yang indah secara visual, tetapi juga menyimpan jejak sejarah kota yang sangat kaya. Melalui forum seperti ini, kami berharap warga—terutama generasi muda—mampu melihat masa lalu sebagai bagian dari identitas kolektif yang patut dirawat dan terus dikaji,” ujarnya.

Melalui Museum Talk, sejarah Kotabaru dihidupkan kembali dalam bingkai cerita yang relevan bagi generasi masa kini, menegaskan bahwa kawasan ini bukan sekadar warisan fisik, tetapi juga ruang narasi yang terus berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- GPIB Marga Mulya di Jogja Dibuka untuk Wisata Arsitektur Indis
- Cara Bersihkan Koper Usai Liburan agar Bebas Bakteri dan Bau
- Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
Advertisement
Kulonprogo Miliki 2.363 Aset Wakaf, Termasuk 16 Lokasi Produktif
Advertisement
Riset Sebut Jus Jeruk Tingkatkan Kesehatan Jantung dan Metabolisme
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



