Advertisement
Penutupan RUMAKET Diakhiri Pentas Tari dan Workshop
Penutupan rangkaian acara RUMAKET (Ruang Masyarakat Ketemu) dalam agenda JKPI 2025 menghadirkan penampilan dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Tiga tarian dibawakan, yakni Tari Kuda-kuda, Tari Wira Pertiwi, dan Tari Yapong, di Auditorium Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan. Pertunjukan ini disaksikan beragam kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia. - Istimewa.
Advertisement
YOGYAKARTA—Penutupan rangkaian acara RUMAKET (Ruang Masyarakat Ketemu) dalam agenda JKPI 2025 menghadirkan penampilan dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Tiga tarian dibawakan, yakni Tari Kuda-kuda, Tari Wira Pertiwi, dan Tari Yapong, di Auditorium Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan. Pertunjukan ini disaksikan beragam kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia.

Advertisement
Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Susilo Munandar, mengatakan, ketiga tari tersebut menjadi media edukasi bagi generasi muda agar dikenal dan dilestarikan hingga masa mendatang sebagai bagian dari regenerasi pelestarian budaya. “Ketiga tari ini telah diajukan sebagai Warisan Budaya Takbenda ke kementerian. Harapannya, jika sudah resmi ditetapkan, dapat menambah daftar warisan budaya takbenda Indonesia,” ujarnya.
BACA JUGA: Korban Meninggal Kelaparan di Gaza Capai 212 Orang

Pertunjukan dibuka dengan Tari Wira Pertiwi yang dibawakan empat penari, yaitu Nurul Dwi Utami, Dhiahanis Dwi Prastiwi, Rakemas Sekar Kinanti, dan Oktasya Kusuma Wardani. Tarian ini mengemas karya sendratari Dipanegara yang merepresentasikan kepahlawanan prajurit putri Jawa. Perpaduan gerak tari tradisional kerakyatan dan klasik, disertai gaya energik dan penuh semangat, menggambarkan karakter srikandi yang gagah.

Berikutnya, Tari Kuda-kuda ditarikan oleh Putra Jalu Pamungkas, Hermawan Sinung Nugraha, dan Dhahana Murpratama. Tarian ini melukiskan kelincahan pemuda yang tengah berlatih berkuda dengan gagah. Ekspresi gembira para penari memancing antusiasme penonton yang mengabadikan momen lewat ponsel.
Penampilan puncak adalah Tari Yapong yang dibawakan Paranditya Wintari, Indiartari Kussnowari, Putri Isnaeni Kurniawati, dan Heni Yudhaningsih. Dengan keluwesan dan kelincahan gerak, tarian ini menggambarkan keceriaan putri-putri yang bermain di tepi pantai untuk memberi semangat kepada prajurit Pangeran Jayakarta.

Usai pentas, acara dilanjutkan dengan workshop bersama maestro PSBK, Tini dan Umi. Mereka memaparkan sejarah lahirnya ketiga tari karya Romo Bagong Kussudiardja, sekaligus mengajak penonton mempraktikkan Tari Yapong secara langsung.
Antusiasme tampak dari partisipasi berbagai kalangan. Hariati, seorang ibu rumah tangga, mengaku senang pertama kali menari dan tertarik mengikuti pelatihan di PSBK. Asya, gadis 5 tahun, berani maju menari di panggung, menirukan setiap gerakan dengan polos dan menggemaskan.

RUMAKET tidak hanya menjadi ruang temu masyarakat, tetapi juga sarana mengenalkan warisan budaya yang jarang dilihat atau diketahui publik. Kehadirannya diharapkan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian masyarakat untuk melestarikan warisan budaya, sehingga tetap hidup dan bermakna bagi generasi mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- GPIB Marga Mulya di Jogja Dibuka untuk Wisata Arsitektur Indis
- Cara Bersihkan Koper Usai Liburan agar Bebas Bakteri dan Bau
- Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
Advertisement
Revisi Perda KTR Kulonprogo Picu Dua Kubu Berseberangan
Advertisement
Libur Nataru, KAI Beri Diskon Tiket 30 Persen, Ini Daftarnya
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



