Advertisement

Kumandhang Swarane: Saat Talenta Muda dan Macapath Project Satukan Irama Tradisi-Modern

Media Digital
Minggu, 10 Agustus 2025 - 17:27 WIB
Sunartono
Kumandhang Swarane: Saat Talenta Muda dan Macapath Project Satukan Irama Tradisi-Modern Langit malam Yogyakarta jadi kanvas bagi alunan gamelan yang berpadu dengan riuh gitar dan drum. Perpaduan gamelan, musik rock, dan tembang macapat menggema di Amphitheatre Taman Budaya Embung Giwangan, Jumat (8/8/2025) malam. Kolaborasi antara para talenta bahasa dan sastra binaan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan para musisi itu menciptakan harmoni lintas genre yang memikat. - Istimewa.

Advertisement

YOGYAKARTA—Langit malam Yogyakarta jadi kanvas bagi alunan gamelan yang berpadu dengan riuh gitar dan drum. Perpaduan gamelan, musik rock, dan tembang macapat menggema di Amphitheatre Taman Budaya Embung Giwangan, Jumat (8/8/2025) malam. Kolaborasi antara para talenta bahasa dan sastra binaan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan para musisi itu menciptakan harmoni lintas genre yang memikat.

BACA JUGA: Tol Jogja-Solo: Kontraktor Akan Beri Tali Asih 2 Lahan Sultan Ground

Advertisement

Agenda ini merupakan bagian dari Pentas Kawasan Cagar Budaya (KCB) bertajuk Kumandhang Swarane di arena Pasar Malam Indonesia, sekaligus menyemarakkan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Kota Yogyakarta. Kumandhang merupakan tema Festival Jogja Kota tahun ini, sedangkan Swarane menjadi harapan Macapath Project untuk lebih migunani lewat dendang-dendangnya.

Sejak awal pertunjukan, suasana amphitheatre terasa syahdu namun bergemuruh, dipenuhi penonton yang antusias. Dengan konsep konser kolaborasi “Macapat feat Gamelan & Rock Band”, para pengisi acara membawakan repertoar yang mengalun malam itu, terinspirasi dari Lagon Dolanan Anak. Beberapa nomor yang disajikan antara lain Bang Bang Wetan (Ki Hadi Sukatno), Jaranan (tembang Asmarandana), Suwe Ora Jamu, dan Lekas Utama—tembang bertema utama ciptaan Ki Siswobronto yang disajikan dalam bentuk palaran Durma. Lekas Utama berisi pesan moral tentang sopan santun serta perilaku anak terhadap orang tua, teman, dan lingkungannya, sekaligus ajakan untuk menjaga dan melestarikan budaya Jawa.

Pertunjukan melibatkan 35 talenta, terdiri dari 15 personel karawitan, 15 vokalis, serta musisi modern yang memainkan gitar, bass, drum, dan dua biola. Musik dipimpin oleh konduktor Nono Sarjiono, dengan cakepan tembang karya Ki Siswobronto, gending garapan Galih Aji Saputra, manajemen panggung oleh Felmy FH, tata suara oleh Danang Rusmandoko, dan tata pencahayaan oleh Jibna. Proses persiapan dilakukan secara intensif melalui 10 kali sesi latihan berdurasi dua jam pada pukul 19.00–21.00 WIB.

Sinopsis pementasan menggambarkan perjalanan dari terbitnya matahari hingga terbenamnya senja: Bang bang wus rahina, langit merah tembaga mengusik gelisah jiwa-jiwa mungil mengumandangkan lagon-lagon dolanan anak yang seharusnya menjadi warisan, namun semakin memudar. Langkah dan tekad tetap terjaga, tak peduli zaman ini milik siapa, menebas masa demi mencari pulang menuju Jogja jelita.

Kasie Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, yang hadir malam itu mengapresiasi pertunjukan tersebut. Ia menyampaikan pihaknya sangat bangga dengan apa yang telah dilakukan para talenta bahasa dan sastra. “Kami mempertemukan mereka dengan komunitas seperti Macapath Project agar mendapat pengalaman latihan lebih intensif dan ruang tampil yang lebih luas dalam berbagai agenda seni budaya. Ini adalah bentuk nyata dari regenerasi komunitas sastra,” ujarnya.

Manajer panggung malam itu Felmy FH juga memberikan pandangannya tentang kolaborasi tersebut. “Kerja sama antara Macapath Project dan talenta Bahasa Sastra ini bukan hanya soal tampil di panggung, tetapi juga proses panjang dalam merangkai ide, berlatih, dan menyatukan visi. Ini adalah contoh kolaborasi apik yang mampu menjaga sekaligus menghidupkan kembali macapat dalam berbagai agenda pelestarian budaya,” ungkapnya.

Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa macapat mampu menemukan bentuk baru yang segar tanpa kehilangan akar tradisinya. Perpaduan irama tradisional dan nuansa musik modern tidak hanya menggetarkan panggung, tetapi juga menghadirkan pengalaman musikal yang sarat makna bagi penonton dari berbagai generasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

Jadwal Angkutan KSPN dari Malioboro ke Pantai Baron hingga Drini Gunungkidul

Jadwal Angkutan KSPN dari Malioboro ke Pantai Baron hingga Drini Gunungkidul

Jogja
| Rabu, 13 Agustus 2025, 03:07 WIB

Advertisement

Survei Terbaru, Jakarta Jadi Kota Termahal ke-18 di Dunia

Survei Terbaru, Jakarta Jadi Kota Termahal ke-18 di Dunia

Lifestyle
| Selasa, 12 Agustus 2025, 20:52 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement