Advertisement
Pameran Nandur Srawung, Ajak Masyarakat Eling di Tengah Krisis
Kepala TBY Purwiati (kiri) memotong tumpeng dalam jumpa pers Nandur Srawung12 di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (9/10/2025). - Harian Jogja - Stefani Yulindriani
Advertisement
Advertisement
BACA JUGA
JOGJA—Agenda pameran Nandur Srawung kembali digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Tahun ini, Nandur Srawung #12 digelar dengan tajuk Eling atau Awakening. Tajuk ini dipilih untuk mengajak masyarakat memiliki kesadaran baru di tengah krisis global.
Kepala TBY, Purwiati, menuturkan pameran tersebut kali ini mengusung tajuk tersebut sebagai refleksi atas beragam krisis global yang tengah melanda dunia, mulai dari pandemi, konflik geopolitik, disrupsi teknologi, hingga krisis iklim.
Pameran berlangsung di lobi dan halaman Gedung Societet TBY, menampilkan karya 100 seniman lokal, nasional, dan internasional. Mereka melalui proses kurasi ketat untuk menampilkan karya yang tidak hanya bersifat visual, tetapi juga interaktif dan mengundang partisipasi pengunjung.
Karena beberapa bagian dari TBY masih direnovasi, maka ada keterbatasan ruang, karena itu penyelenggaraan pameran digelar di Gedung Societet TBY. Meski begitu, hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk berinovasi dalam penyelenggaraan Nandur Srawung tahun ini. “Kami berharap, meski ruang pamer terbatas, hal itu tidak menyurutkan semangat para seniman untuk berkreasi. Justru ruang terbuka ini kami maknai sebagai bagian dari upaya memperluas pengalaman seni bagi pengunjung,” ujarnya, Kamis (9/10/2025).
Tim Kurator Nandur Srawung#12, Rain Rosidi, menyampaikan konsep ruang dalam pameran kali ini sebagai upaya merespons kondisi multi krisis yang sedang dirasakan bersama. “Kita sedang menghadapi krisis geopolitik, kemunculan teknologi baru seperti artificial intelligence, hingga krisis iklim yang berpengaruh pada keseharian. Melalui pameran ini, seniman diajak untuk membaca fenomena itu sebagai bagian dari kehidupan seni dan budaya,” jelasnya.
Dalam falsafah Jawa, ada eling yang digunakan sebagai pijakan utama dalam merespons perubahan zaman yang cepat. “Eling berarti kesadaran utuh, tidak hanya fisik tapi juga batiniah. Sementara awakening adalah kebangkitan menuju kesadaran baru. Dari sini, kita berharap muncul spiritualitas kolektif untuk bangkit bersama,” katanya.
Tim kurator lainnya, Irene Agrivina menjelaskan Nandur Srawung #12 menghadirkan program Nandur Waras yang merupakan program interkatif untuk menumbuhakn percakapan untuk memahami kompleksitas zaman dengan akal dan empati. “Nanti praktisi atau narasumber akan melakukan kegiatan yang melibatkan publik melalui pengalaman seni,” katanya.
Selain itu, ada program Nandur Gawe yang digelar dalam format open studio di ruang pamer yang ada. Dalam program tersebut ada proses kreatif seniman dalam mengerjakan proek seni yang akan ditampilkan. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- GPIB Marga Mulya di Jogja Dibuka untuk Wisata Arsitektur Indis
- Cara Bersihkan Koper Usai Liburan agar Bebas Bakteri dan Bau
- Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
Advertisement
Motor hingga Truk Dinas Pemkot Jogja Dilelang Mulai Rp340 Ribu
Advertisement
Film Terlaris 2025, Jumbo hingga Agak Laen Kuasai Layar
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



