Advertisement
Ganti Dwaja Dimeriahkan Jathilan Hingga Wayang Semalam Suntuk
Bregada Plangkir saat melakukan kirab mengelilingi Pura Pakualaman dalam prosesi Ganti Dwaja, Sabtu (20/9 - 2025). / Harian Jogja - Ariq Fajar Hidayat
Advertisement
JOGJA—Kadipaten Pakualaman didukung Dinas Pariwisata DIY kembali menggelar atraksi wisata upacara Ganti Dwaja, Sabtu kliwon (25/10/2025). Ganti Dwaja kali ini spesial karena dimeriiahkan dengan jathilan hingga pagelaran wayang semalam suntuk.
Siang itu Jogja diguyur hujan ringan hingga deras. Kondisi ini tidak menyurutkan minat masyarakat dan wisatawan untuk menyaksikan atraksi wisata Ganti Dwaja dan pertunjukan kesenian yang mengiringinya. Acara diawali dengan musik campur sari dan pertunjukan tari pembuka.
Advertisement
Karena hujan masih cukup deras penonton belum terlalu banyak. Kemudian pada sore sekitar pukul 15.30 upacara Ganti Dwaja dimulai. Dalam upacara ini, Bregada Plangkir dan Lombok Abang berbaris dan berjalan keluar Pura Pakualaman untuk kemudian kembali masuk.
Pada Ganti Dwaja kali ini, Bregada Lombok Abang mengganti Bregada Plangkir yang ditandai dengan pergantian bendera atau dwaja di regol Pura Pakualaman. Bregada Lombok Abang akan berjaga selama 35 hari kedepan untuk kemudian diganti lagi oleh Bregada Plangkir.
BACA JUGA
Penonton semakin ramai selepas upacara Ganti Dwaja. Mereka antusias menyaksikan pertunjukan jathilan Pandawa Muda dari Wedomartani, Sleman. Jathilan berlangsung sampai menjelang malam yang kemudian di panggung yang sama diisi dengan wayang semalam suntuk yang dibawakan oleh dalang Ki Dicky Yoga Mahendra dengan lakon Wahyu Widayat atau Lahirnya Abimanyu.
Koordinator atraksi wisata budaya Kadipaten Pakualaman, RM Donny Megananda, menjelaskan Ganti Dwaja merupakan peringatan hari neton atau kelahiran tahun penanggalan Jawa dari KGPAA Paku Alam X yakni Sabtu Kliwon. “Upacara adat ini digelar setiap 35 hari sekali,” katanya.
Ganti Dwaja kali ini spesial karena disambung dengan pagelaran wayang semalam suntuk. Pagelaran wayang pada upacara Ganti Dwaja merupakan dukungan dari Dinas Pariwisata DIY yang hanya dilaksanakan dua kali dalam setahun.
“Sebelum wayangan, nanti juga ada persembahan spesial dari Kagama Gending, yakni penampilan karawitan dari Kagama [Keluarga Alumni UGM]. Mereka punya komunitas karawitan yang tampil sebelum wayang. Jadi 25 Oktober ini cukup Istimewa karena ada berbagai hiburan,” ungkapnya.
Ia berharap melalui upacara adat Ganti Dwaja ini dapat menyemarakkan alun-alun sewandanan dengan kesenian rakyat dan juga dapat dimanfaatkan untuk UMKM. “Bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berjualan kuliner,” pungkasnya. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
- Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
- Cantiknya Bangunan Embung di Dataran Tinggi Dieng
- 5 Tempat Nongkrong sambil Ngopi di Jalan Slamet Riyadi Kota Solo
Advertisement
Kasus Anak Tertimpa Kentongan di Kulonprogo Masuk Tahap Penyelidikan
Advertisement
Mandi Terlalu Sering Bisa Rusak Lapisan Pelindung Kulit
Advertisement
Advertisement
Advertisement



