Advertisement
Ekshibisi Seni Rupa Wild Bloom PORTA by Ambarrukmo, Jadikan Hotel sebagai Ruang Pamer

Advertisement
SLEMAN—Konsisten sebagai hotel yang kolaboratif dengan beragam unsur, PORTA by Ambarrukmo kali ini berkolaborasi dengan seniman untuk menyuguhkan pameran seni rupa bertajuk Wild Bloom. Pameran ini tak hanya menguatkan kolaborasi antara PORTA dan seniman, tapi juga sebagai bentuk turut berbahagia menyambut Lebaran Seni yang sedang berlangsung di Jogja.
Hotel Manager PORTA by Ambarrukmo, Nur Hidayati mengungkapkan PORTA sering mengadakan kolaborasi dengan beragam elemen. PORTA pernah menggandeng komunitas olahraga, UMKM dan banyak elemen lainnya. Tak terkecuali para seniman yang tak luput dari elemen yang diajak berkolaborasi untuk menampilkan karyanya.
Advertisement
Pameran visual seni rupa semacam ini bukan jadi yang pertama kalinya digelar PORTA. Di tahun sebelumnya, PORTA juga menghadirkan pameran seni rupa dengan mengusung tajuk yang berbeda.
Untuk tahun ini Wild Bloom diangkat sebagai tajuk utama pameran yang diejawantahkan empat seniman ke dalam 23 karya yang mengesankan. Pameran ini bakal diadakan sejak 14 Juni hingga 5 Juli nanti.
"Kami melakukan kolaborasi lagi dengan teman-teman seniman, terutama untuk seni rupa ya di sini. Kebetulan juga di bulan Juni adalah hari rayanya seniman ya, karena relate sama Art Jog. Makanya kami ikut mangayubagyo," kata perempuan yang akrab disapa Ida itu pada Sabtu (14/6/2025) malam.
Tahun ini, empat seniman yang digandeng PORTA untuk berkolaborasi ialah Joelya Pandjalu, Bofag S.G.S, Riski Januar dan Ameylia. Keempatnya menampilkan karya sesuai interpretasinya tentang tema "Wild Bloom" yang diusung. Soal tema ini, Ida menceritakan bagaimana "Wild Bloom" dimaknainya sebagai sebuah dedikasi yang mekar tanpa batasan.
"Kalau dari kami kemarin sepakat bahwa apapun itu ya, bentuk karya maupun dedikasi kita itu seperti bunga yang tidak ada batasnya untuk mekar atau untuk berkembang," ungkapnya.
Lebih jauh, Ida ingin kemerdekaan bunga yang mekar tanpa batasan bisa selaras dengan kebebasan ide dan kreativitas seniman dalam mencurahkan gagasannya dalam sebuah karya.
"Menurut kami juga dengan bertambahnya mungkin kemerdekaan atau kebebasan ide itu salah satunya juga tadi dalam berkesenian. Dari sisi PORTA kami ya memberikan kebebasan dalam bentuk tadi, memberikan ruang untuk pameran," tandasnya.
Bagi seniman, ekshibisi yang digelar PORTA mungkin bisa menjadi ruang alternatif untuk menampilkan karya. Langkah ini bisa membantu atau mengakomodasi teman-teman seniman untuk menampilkan karyanya. Namun bagi Ida, pameran ini juga menunjukkan komitmen PORTA yang terbuka sebagai mitra kolaborasi dengan elemen apapun dalam sisi positif.
"Kami pengen PORTA ini dikenal sebagai hotel yang ramah untuk berkolaborasi untuk semua kalangan. Jadi kami welcome," ungkapnya.
PORTA lanjut Ida juga ingin menepis jika kolaborasi yang diusung hanya sekadar bisnis. Sebaliknya, PORTA ingin bisa makin dikenal sebagai brand yang ramah kolaborasi termasuk wadah menikmati seni.
"Selain kami mendapat kesempatan atau kepercayaan dari para seniman, yang kedua kami juga mendapatkan lebih banyak lagi komunitas. Karena pada saat ada pameran itu banyak juga komunitas yang datang menikmati karya seni itu. Jadi saling menguntungkan lah, kami juga lebih dikenal secara brand, enggak hanya tempat menginap, tempat makan, tempat kerja gitu kan, tapi juga [tempat] menikmati seni," tegasnya.
Ekshibisi Wild Bloom ini lanjut Ida diharapkan bisa menjadi bagian dari "Lebaran Seni" di Jogja dengan Art Jog sebagai magnetnya. Para pecinta seni bisa berkunjung ke berbagai ruang pamer lainnya yang ada di Jogja termasuk di PORTA by Ambarrukmo.
"Harapannya kembali ke para seniman, semoga para seniman juga merasa terakomodir. Meskipun mungkin kami hanya bagian kecil, tapi menurut saya itu salah satu support kami untuk para seniman supaya lebih mekar semukar-mekarnya lagi," kata Ida.
Penulis dalam Pameran, Arsita Pinandita mengatakan empat seniman yang berkolaborasi punya perspektif yang berbeda dalam menerjemahkan Wild Bloom, baik secara medium maupun gagasan. Akan tetapi yang jelas semua seniman yang terlibat punya karakter masing-masing.
Pameran ini digelar di PORTA yang baru saja menandai ulang tahunnya yang kelima. Sebagai hotel yang sejak awal membuka diri terhadap eksperimen dan kolaborasi, Wild Blom disebut pria yang akrab disapa Dito itu sebagai detak visual dari tubuh hotel itu sendiri.
Bukan Galeri, Bukan Taman
Dalam tulisannya, PORTA kata Dito menjadi ruang antara: bukan galeri, bukan taman, tapi habitat temporer bagi bunga-bunga liar ini untuk berdiam dan berinteraksi. Dito bilang ada semacam irisan antara semangat hotel -- yang terus bertumbuh dan menggandeng komunitas -- dengan semangat karya-karya yang ditampilkan.
"Sebetulnya seniman itu ada ruang atau enggak ada ruang itu akan berpameran. Sebetulnya ini yang harus diambil positioning oleh PORTA karena tidak banyak hotel di Jogja yang punya sensibilitas lebih terhadap karya seni," ungkapnya.
"Meskipun ada berapa hotel yang memasang karya seni, itu pun hanya dianggap sebagai tanda kutip pajangan. Tetapi yang punya intensitas untuk menganggap ini sebagai ruang seni tidak banyak. Ini sebetulnya menjadi titik poin PORTA meletakkan dirinya sebagai hotel yang bersinggungan dengan seni di antara hotel-hotel yang [menganggap] seni hanya sebagai tempelan," tegasnya.
Salah satu seniman yang terlibat, Bofag menilai tema Wild Bloom yang diusung sebagai ketidak terdugaan. Entah itu soal ketidak terdugaan rasa atau isu-isu yang jadi sorotan di media sosial. Semua itu selanjutnya dicurahkan Bofag dalam emam karya ciptaannya yang ditampilkan di PORTA.
Sementara seniman lainnya, Riski Januar melihat Wild Bloom sebagai tajuk yang mengeksplorasi bunga. Baik itu dari segi maupun gagasannya.
Joelya Pandjalu yang juga menjadi salah satu seniman yang berkolaborasi dengan PORTA melihat pameran ini menjadi bukti bahwa penampilan karya tak sebatas pada art space. Ruang-ruang lainnya seperti hotel pun bisa jadi medium tempat menampilkan karya.
"Bagi saya ini sangat menarik, fenomena ketika berpameran itu sangat dibebaskan tidak hanya di dalam galeri atau di art space. Jadi tempat-tempat publik seperti kafe, hotel itu jadi media alternatif untuk menolong para seniman untuk bisa menampilkan karyanya dan diapresiasi langsung oleh publik," ungkapnya.
Selain itu, seniman kolaborasi lainnya Ameylia melihat pameran di hotel semacam ini bisa menjadi wadah baru dalam menampilkan karya. Menurutnya pameran itu tak harus diselenggarakan di galeri atau museum. Justru di hotel semacam ini orang awam yang tak mengenal seni pun bisa melihat karya seni.
"Kalau ini dibikin rutin aku mendukung sekali soalnya ini wadah bagus buat emerging artist yang butuh wadah untuk berpameran, tidak harus di galeri," tegasnya (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menikmati Wisata Sungai di Canden Bantul
- Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
- Daftar Tempat Wisata dengan Antrean Terlama, Pengunjung Harap Bersabar
- Pakar UGM: DIY Perlu Kembangkan Wisata Weekdays
- Menikmati Keindahan Danau Baikal di Siberia Tenggara, Tertua di Bumi Berusia 25 Juta Tahun
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement