Advertisement

Lomba Mural Terban Wujudkan Kreativitas dan Pelestarian Lingkungan

Media Digital
Minggu, 23 November 2025 - 15:17 WIB
Jumali
Lomba Mural Terban Wujudkan Kreativitas dan Pelestarian Lingkungan Istimewa

Advertisement

JOGJA—Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyerahkan piagam penghargaan kepada para pemenang Lomba Mural Terban yang digelar di kawasan Lembah Mahannani, Terban, pada Minggu (23/11). Pemerintah kota memberikan apresiasi tinggi atas karya para seniman sekaligus menegaskan pentingnya pelibatan masyarakat dalam menjaga bantaran Sungai Code.

Hasto menyatakan, kompetisi mural ini merupakan ajang yang mampu mempersatukan warga di pinggir Kali Code serta menumbuhkan kepedulian kolektif terhadap lingkungan.

Advertisement

“Kompetisi ini adalah ajang yang luar biasa untuk mempersatukan warga di pinggir Kali Code, di kampung ini, agar semua bersatu menjaga lingkungan. Ini juga bisa menjadi percontohan bahwa tepian sungai dapat dimanfaatkan untuk kegiatan positif, edukatif, dan membangun bagi Kota Yogyakarta,” ungkapnya.

Hasto menilai karya mural yang ditampilkan peserta memiliki kualitas mengesankan. Menurutnya, kreasi seni tersebut tidak hanya memperindah kawasan bantaran sungai, tetapi juga menghidupkan ruang publik dan memberi napas baru bagi lingkungan sekitar.

“Menurut saya bagus-bagus semuanya. Kali Code bantaran sungainya bisa dihiasi dengan lukisan-lukisan para seniman sehingga suasana jadi asri. Banyak peserta dari luar daerah, ada dari Malang, bahkan juara satu tadi dari Magelang. Ini luar biasa,” ujarnya.

Pemkot berkomitmen untuk melanjutkan dan memperluas program serupa. Ia berharap mural di Terban dapat menjadi model yang direplikasi di berbagai titik bantaran Sungai Code bahkan sungai lainnya.

“Harapan saya ini direplikasi. Bantaran Code sepanjang ini masih banyak yang harus dirawat, maka kegiatan seperti ini bisa diterapkan di tempat lain. Selama empat tahun saya akan mengawal agar kegiatan semacam ini terus dilakukan,” tegasnya.

Hasto mengaku salah satu karya yang paling berkesan adalah mural karya pelajar SMSR yang dinilai memiliki detail kuat serta memuat pesan moral sejalan dengan tema kompetisi.

“Saya melihat karya anak SMSR yang sangat detail. Kemudian ada yang bertema Guyub Rukun Saklawase, Padang Latare, Resik Kaline. Itu bukan hanya menyuguhkan seni, tapi juga pesan moral. Karya yang memberi nilai seni, keindahan, sekaligus pesan moral, itu yang sangat berkesan bagi saya,” tuturnya.

Ketua Pelaksana Lomba Mural Terban, Heru Prasetyo, menjelaskan kegiatan ini bertujuan mempercantik kawasan tebing Lembah Kali Code sekaligus memberi ruang terarah bagi para seniman mural. Tema yang diusung adalah “Harmoni Kota Yogyakarta Penuh Warna”, mengajak para seniman mengangkat nilai budaya dan kekhasan Kota Yogyakarta.

“Ini kami adakan untuk mempercantik kawasan lembah atau tebing Kali Code agar tampak indah dari segala sisi. Pesertanya kategori umum dan pelajar, tetapi penilaian kami satukan karena semuanya profesional. Lima puluh persen peserta dari luar kota, 50% dari dalam kota, sehingga bisa dikatakan event nasional,” jelasnya.

Heru menambahkan, kegiatan ini juga menjadi wadah menyalurkan kreativitas para pemural agar tidak membuat karya secara liar di ruang publik. Mural dikerjakan selama tiga hari, mulai 20 hingga 22 November. Panitia memperpanjang waktu pengerjaan untuk mengantisipasi cuaca kurang mendukung agar peserta dapat menuntaskan karya secara maksimal.

“Kami beri waktu tiga hari karena cuaca kurang mendukung. Jadi mural digarap dari 20 sampai 22 November dan hari ini diumumkan pemenangnya,” ujarnya.

Juara pertama lomba mural diraih oleh Subki Mural Art (SMART), juara kedua dan ketiga diraih grup Kamis Wage dan Ungu. Serta Jauza Design dan Vangof Art meraih juara harapan 1 dan harapan 2.

Perwakilan tim, Hanif Choirunnisa, menjelaskan makna mural yang mereka kerjakan, yang berangkat dari figur Semar sebagai simbol pemberi tuntunan.

“Ceritanya itu awalnya ada Semar. Semar itu melambangkan sosok yang suka memberi wejangan. Dia memberi wejangan karena banyak anak muda yang terlibat klitih atau pergaulan yang kurang baik. Nah, itu diminta untuk balik lagi ke asalnya, yaitu kebudayaannya, Wong Jogja Ojo Lali Jogjane,” jelasnya.

Dalam mural tersebut, Semar digambarkan memeluk Tugu Yogyakarta sebagai simbol menjaga nilai-nilai Yogyakarta agar tetap lestari.

“Dilambangkan dengan gunungan juga. Semarnya memeluk Tugu Yogyakarta artinya menjaga Yogyakarta supaya tetap seperti Yogya, sopan santun, budaya tari, gamelan, wayang, sampai kebersihan,” terang Hanif. (Advertorial)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Kebakaran Rumah di Sedayu Diduga Dipicu Powerbank Meledak

Kebakaran Rumah di Sedayu Diduga Dipicu Powerbank Meledak

Bantul
| Minggu, 23 November 2025, 15:27 WIB

Advertisement

Rekomendasi Tanaman Indoor Pembersih Udara untuk Ruang Redup

Rekomendasi Tanaman Indoor Pembersih Udara untuk Ruang Redup

Lifestyle
| Sabtu, 22 November 2025, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement