Advertisement
Hari Kesehatan Nasional ke-61 di Bantul Fokus pada Kesehatan Santri
Bupati Bantul saat menghadiri perayaan Hari Kesehatan Nasional di puskesmas Pleret - Harian Jogja/Kiki Luqman
Advertisement
BANTUL—Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 di Kabupaten Bantul tahun ini menyasar kelompok khusus: para santri. Kegiatan yang berlangsung di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, pada Minggu (23/11) itu mengusung tema "Santri Sehat, Masa Depan Hebat," menitikberatkan pada kesehatan mental dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan pondok pesantren.
Pemilihan fokus ini didasari oleh banyaknya jumlah pesantren di Pleret, yang mencapai 36 pondok dengan kurang lebih 2.000 santri. Kepala Puskesmas Pleret, Santoso Hardoyo, menekankan bahwa santri adalah calon pemimpin masa depan yang perlu dibekali pemahaman kesehatan sejak dini.
Advertisement
“Karena banyak pondok pesantren, kami membuat tema Santri Sehat, Masa Depan Hebat. Para santri ini nanti adalah tokoh-tokoh masyarakat,” ujarnya.
Santoso menjelaskan, dua fokus utama kegiatan ini ditentukan berdasarkan hasil survei yang menunjukkan masih banyak santri mengalami tekanan psikologis, stres, dan masalah kesehatan lingkungan.
BACA JUGA
“Kami sudah melakukan survei di pondok pesantren, dan ternyata banyak santri memiliki masalah kesehatan mental. Fokus kami juga ada di PHBS. Jadi dua poin utama itulah yang kami kuatkan,” katanya.
Sebagai bentuk edukasi, diselenggarakan talkshow bersama psikolog dan dokter, serta lomba poster kesehatan bertema kesehatan mental dan PHBS. Seluruh karya poster yang dipamerkan merupakan hasil kreasi santri.
Selain itu, Puskesmas Pleret meluncurkan inovasi bernama Teras Pendopo (Integrasi Pendidikan Kesehatan Pondok Pesantren). Program ini meliputi penyusunan modul kesehatan khusus santri dan pembentukan kader santri yang berperan mirip kader Posyandu di lingkungan pesantren.
“Kami membentuk kader santri untuk meningkatkan awareness terkait kesehatan diri, kebersihan pondok, dan kesehatan masyarakat. Mereka juga kami ajarkan pemberantasan sarang nyamuk sebagai praktik langsung,” jelas Santoso.
Ia berharap inovasi ini tidak hanya berjalan di Pleret, tetapi dapat dikembangkan menjadi kebijakan tingkat Kabupaten Bantul bahkan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, yang hadir dalam acara tersebut, memberikan apresiasi setinggi-tingginya. Ia menegaskan pesantren harus adaptif terhadap tantangan zaman, termasuk dalam isu kesehatan mental dan sanitasi.
“Pondok pesantren harus adaptif, tidak bisa menutup mata terhadap fakta-fakta kesehatan,” tuturnya.
Bupati secara khusus menyanggah anggapan lama yang memaklumi lingkungan kumuh di pesantren dengan dalih "keberkahan." Menurutnya, paradigma tersebut keliru dan harus dihilangkan.
“Jangan lagi ada anggapan bahwa semakin kumuh semakin berkah. Itu tidak ada dasarnya. Jangan mengkambinghitamkan barokah untuk menormalisasi kondisi tidak sehat,” tegasnya.
Halim menegaskan bahwa pesantren sebagai pusat pendidikan intelektual, emosional, dan spiritual, sudah seharusnya juga menjadi contoh dalam budaya hidup bersih dan sehat.
“Para santri ini generasi emas Indonesia. Mereka harus cerdas secara intelektual, sehat jasmani, dan waras batiniah,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan ini menjadi momentum bagi perbaikan sistem kesehatan santri di Bantul secara berkelanjutan. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- GPIB Marga Mulya di Jogja Dibuka untuk Wisata Arsitektur Indis
- Cara Bersihkan Koper Usai Liburan agar Bebas Bakteri dan Bau
- Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
- Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
Advertisement
Lurah Bohol Gunungkidul Ditahan tapi Belum Nonaktif, Ini Akibatnya
Advertisement
Riset Sebut Jus Jeruk Tingkatkan Kesehatan Jantung dan Metabolisme
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



